Judul buku : Tabir
Pengarang : Ika Patte
Penerbit : Stiletto Indie Book
Tahun : 2016
Halaman : 141 hlm
ISBN : 978-623-6212-46-2
Harga Buku: 95.000

Peresensi: Nening S. Khasbullah 

Sinopsis

Mera, mengalami luka batin nyaris sejak lahirnya. Bahkan ketika masih dalam kandungan,  ibunya Prapti ingin menggugurkannya. Dipo yang sangat mencintai Prapti, menyelamatkannya dengan menikahinya sebelum Mera lahir.

Dipo tidak bisa menyayangi Mera sepenuh hatinya. Setiap kali melihat Mera hatinya merasa kesal, teringat ayah kandungnya, tokoh terhormat yang menjadi majikan ibunya dan penolong keluarganya dari kemiskinan. Dipo juga sangat cemburu karena Prapti masih mencintai ayah kandung Mera. Tapi ia tak berdaya untuk membenci Prapti yanf sangat dicintainya.

Mera tumbuh penuh dengan kepahitan dan penderitaan sejak bayi. Luka batinnya sangat dalam. Luka yang ditorehkan orang tuanya sendiri.  Ibunya sering menganggap Mera membawa sial dalan hidupnya. Dipo melampiaskan kekesalannya kepada Mera.

Berjalannya waktu, di kota tempat Mera bekerja, ia bertemu dengan Rafie,  laki-laki yang sangat cintanya menggebu-gebu. Rafie sangat memujanya. Mera menyambut cinta laki-laki itu dengan sepenuh hati.  Mera menikah dengan Rafie. Mera sangat mendambakan kasih sayang suaminya.

Belum lama mereka menikah, Rafie menyakiti Mera secara mental dan fisik sedemikian, sehingga pertahanan Mera jebol. Luka batinnya semakin parah, berdarah-darah. Mera mengalami gangguan jiwa.

Mera tidak bisa tidur, tetapi apabila matanya terpejam, ia melihat banyak sosok. Bahkan sosok itu muncul secara nyata di sekelilingnya.

Ada anak kecil  molek yang seperti dirinya yang  setia menemaninya. Suaminya muncul sebagai sosok monster yang berbau busuk dengan suara kasar dan sorot mata galak yang selalu mengikutinya. Apabila sosok itu muncul, Mera menjerit-njerit.

Ada seorang laki-laki yang sangat menyayanginya, yang memperlakukannya dengan lembut penuh kasih sayang. Palo adalah suami Mera dalam hayalnya. Suami yang sangat mencintainya.

Nyik Dang adalah sosok yang dikenalnya sejak Mera masih kanak-kanak. Ia selalu menemani Mera ketika ia bermain sendirian dengan kotak mainannya.

Penderitaan Mera bertambah karena ia terpapar covid-19 sehingga harus dirawat di RS. Sepulang dari RS, ibunya meminta pulang ke rumah orang tuanya. Mera bertanya kembali kepada ibunya siapa ayah kandungnya. Itu pertanyaan yang bertahun-tahun menggangu pikirannya. Ibunya menyebut nama Romo sebagai ayah kandungnya.

Romo yang memberikan gelang antaboga kepada Prapti, dan ia memberikan gelang itu kepada Mera. Antaboga adalah gelang pusaka leluhurnya. Romo sangat mencintai Prapti dan anaknya. Romo sangat bahagia dan bangga ternyata ia mempunyai anak.  Pernikahan dengan istrinya tidak ada kerutunan.

Betapa kecewanya Mera, karena Romo yang ingin ditemuinya telah meninggal dunia ketika ia berusia 7 bulan di kandungan ibunya. Pada saat itulah ibunya berupaya menggugurkan Mera dari rahimnya.

Setelah memberitahu siapa ayah kandung Mera, Prapti memanggil Rafie yang masih berstatus suami Mera. Rafie mendengar semua perjalanan Mera sejak kecil. Rafie sangat menyesali perbuatannya yang telah menyia-nyiakan Mera. Seperti halnya, Prapti, Rafie ingin menebus kesalahannya terhadap Mera.  Rafie mencoba menemui Mera tetapi ia tidak yakin apakah Mera bisa menerimanya kembali mengingat perlakuannya terhadap Mera yang sangat leterlaluan.

Kelebihan Buku Ini 

1. Ini buku solo pertama yang ditulis oleh Ika Patte, pertama tapi sudah sebagus ini. Luar biasa. Ditulis dengan cara yang tidak biasa. Tokoh utama dikelilingi banyak tokoh lain, termasuk tokoh imajiner ketika tokoh utama sedang terganggu jiwanya.
2. Point of few-nya berbeda-beda, tapi penulisannya tetap menarik. Detail. Mengundang pembaca ingin mengetahui apa yang diceritakan oleh tokoh di bab berikutnya. Diksinya luar biasa.
3. Setiap babnya penuh dengan konflik yang kuat dan diselesaikan dengan apik.
4. Caver buku sangat cocok dengan isi cerita. Layout, kertas, bagus. Buku yang tidak terlalu tebal ini, mampu menampung semua yang inggin diketahui pembaca. Sedikit pun tidak ada typo.
5. Pesan moralnya sangat tinggi, Jangan Pernah Mengabaikan Hak-hak anak!

Kekurangan Buku Ini

1. Bagi yang tidak terbiasa membaca buku dengan point of few yang berbeda-beda seperti dalam buku ini, memerlukan cukup waktu lama untuk mencerna isi cerita. Belum tentu sekali baca, orang bisa memahami isi ceritanya, karena ia harus menghubungan-hubungan cerita tokoh satu dengan lainnya di lain bab.
2. Melalui Mera, penulis tidak memberi peluang atau kesempatan kepada suaminya untuk merawat Mera, menebus kesalahannya dan menyembuhkan luka batinnya. Padahal hanya itu kemungkinannya Mera sembuh.
3. Pembaca sangat mengharap tokoh utama sembuh dari ganguan jiwanya dan happy ending bersama suaminya.

---

Nening S. Khasbullah, lahir di Purbalingga,  Pebruari 1954. Menulis sejak tahun 1970-an, berupa fiksi, non fiksi dan faksi, dimuat di koran, majalah, tabloid, buku-buku antologi. Sudah terbit 30 buku antologi dengan berbagai genre dan 5 buku solo (kumpulan puisi, cerita anak, memoar). Pensiunan PNS, pemenang beberapa lomba menulis tingkat nasional, pegiat literasi, nama Nening termuat dalam Buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia, Kurniawan Junaedhie, Kosa Kata Kita, 2012. Tinggal  di Jl. Waringin 10 No. 200 RT 005 RW 007 Desa Pangkah, Kec. Pangkah, Kab. Tegal. Fb Nening Mahendra. Ig @neningkhasbulllah.