Manusia Hidup Karena Cinta

Resensi Buku
Judul Buku : Cinta, Hidup, Manusia
Pengarang : Albertus Goentoer Tjahjadi
Penerbit : CV Brizqha Media Qita
Terbit : Mei 2022, 102 halaman

Peresensi: Agnes Kusuma

Manusia ada karena cinta. Cinta adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Bila ada manusia yang hidup, pasti ada cerita tentang cinta dalam kehidupannya. Cinta tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena cinta itu menghidupkan. Tanpa cinta  tidak akan pernah terbentuk manusia. Manusia dan makhluk hidup yang lain akan hidup berkesinambungan  juga bila ada cinta dalam diri manusia.

Albertus Goentoer Tjahjadi, seorang karyawan swasta yang sudah menggeluti dunia literasi sejak SMP menulis ‘Cinta, Hidup, Manusia’ sebagai tanggapan tantangan menulis yang ditawarkan oleh sebuah penerbit indie, dan dia memenangkannya. Sebagai hadiah, tulisan-tulisannya dibukukan dan diterbitkan.

Buku ini berisi tiga puluh renungan pendek tentang manusia dengan segala tingkah polahnya. Tidak mudah menjelaskan tentang arti cinta, hidup, dan manusia, tapi penulis dapat mengupasnya dengan sederhana melalui cerita-cerita sehari-hari yang ada dan seringkali terjadi dalam kehidupan.

Tentang cinta, penulis menjabarkannya dalam sebelas tulisan pendek. Cinta itu tidak mengikat, sebaliknya justru memberi kebebasan. Cinta tidak posesif tapi menerima apa adanya. Cinta artinya mensyukuri apa yang diterima. Cinta itu buta, artinya tidak melihat status sosial, usia atau perbedaan yang ada. Cinta tidak dapat dipaksa untuk melihat tapi cinta justru akan melihat yang benar.  Penulis tidak hanya menunjukkan cinta antar sesama manusia tapi juga cinta terhadap binatang, tumbuhan, dan alam di sekitar kita. Hal ini membuka mata kita bahwa mencintai itu artinya luas sekali. Dan yang lebih dalam lagi, penulis menekankan Tuhan sebagai sumber cinta yang mempunyai peran besar dalam kehidupan manusia.

“… cinta yang kita miliki tidak ada artinya jika kita tidak melibatkan Tuhan dan hanya mengandalkan diri kita sendiri. “ ( hal 30)

Dan satu hal yang seringkali terabaikan, Tuhan hadir juga lewat orang-orang sederhana yang ‘mengganggu dan menjengkelkan’ karena Dia minta sumbangan atau minta bantuan. Melalui cerita cinta yang berjudul ‘Cintailah Tuhan Melalui Sesamamu’,  penulis mengingatkan pembaca bahwa Tuhan itu tidak selalu menampakkan diri dalam wujud sesama yang layak diterima karena Dia Allah, tapi justru seringkali muncul dalam diri sesama yang menguji kepekaan dan ketulusan cinta kita.

Topik kedua tentang hidup. Hidup itu pilihan. Manusia bebas memilih kegiatan yang mudah atau yang sulit, yang membuat kita puas tanpa berusaha keras atau yang membuat hidup manusia berarti karena ditempa, diproses dan akhirnya bertumbuh dan berkembang untuk menjadi berkat bagi sesama, menerangi sekelilingnya walaupun hanya dengan cahaya kecil seperti lilin. Hidup itu adalah cermin yang menunjukkan siapa kita sebenarnya, orang yang peduli pada sesama atau orang yang mengabaikan, bahkan merusak lingkungannya. Penulis mengajak pembaca untuk menyadari  bahwa hidup itu untuk bahagia. Bahagia karena harta? Karena keluarga yang ideal, istri yang cantik, atau anak-anak yang pandai? Melalui tulisan tentang bahagia, penulis berkata … “Kebahagiaan sejati hanya muncul dari hati yang penuh syukur.” ( hal 45) Maka manusia tidak seharusnya iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain, karena kebahagiaan tidak tergantung dari harta yang kita miliki. Dan penulis juga mengingatkan kita bahwa hidup itu fana, hidup itu tidak abadi. Bisa saja tiba-tiba kita mati dan apa yang kita miliki di dunia ini tidak ada artinya lagi. Maka alangkah indahnya bila dalam hidup, kita selalu peduli dan berempati pada sesama.

Manusia adalah topik yang terakhir. Kadang manusia tidak bersyukur dengan apa yang dimilikinya, tidak jujur, tidak mau memahami sesamanya, dan tidak peduli pada sekitarnya. Tulisan yang berjudul ‘Abjad Motivasi’ berisi ajakan yang menggerakkan pembaca untuk hidup penuh syukur, penuh cinta, penuh kasih dan kebaikan tanpa harus mengumbar emosi tapi melihat, mendengar, dan merenungkan terlebih dahulu sebelum bertindak, selalu berbagi senyum dan perhatian dan hidup tanpa mengharapkan pujian. Dan semua langkah kebaikan yang sudah ada dalam hati kita segera kita laksanakan saat ini juga. Kita diajak hidup seperti air yang selalu berpikir positif, tekun, mudah menyesuaikan dengan keadaan, rendah hati dan selalu bertindak dengan takaran yang pas. “Dari air pun kita bisa belajar banyak hal yang akan memperkembangkan kehidupan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.” (hal 93)

Cinta, Hidup, Manusia, adalah buku renungan yang ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami, yang layak dibaca oleh siapa pun yang ingin memiliki kualitas hidup yang baik. Dari satu renungan ke renungan berikutnya kita digiring untuk merenungkan diri kita, apakah kita sama dengan contoh yang ada dalam cerita itu? Atau apakah kita sudah mencintai seperti matahari yang setia memancarkan kehangatan? Apakah merawat lingkungan sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita?


Agnes Kusuma– penulis biografi dan novel, penulis renungan  di teks mingguan Gereja St. Yusup Gedangan,   katekis, ibu dari tiga anak yang sudah dewasa. Lahir di Semarang.

 

Apa komentarmu?

Tenang, email-mu tidak dipublikasikan - bagian * wajib diisi

Copyright © 2025 Akademi Penulis Buku

Naskah enggak tuntas itu perkara kemampuan nulis, atau masalah manajemen waktu, atau masalah psikologis? Yuk kita bedah masalahmu itu bersama Anang YB yang sukses menulis 80+ naskah buku!

Panduan lengkap untuk makeover akun Instagram Anda dengan jurus membuat desain, caption, manajemen posting, riset hashtag, carousel, single post, bonus ebook 200 Ide Konten Instagam. Kelas Favorit!

Kelas terbaik untuk Anda yang ingin semakin profesional. Negosiasi adalah hal “berat” terutama Anda yang hanya mengandalkan skill menulis. Yuk upgrade sekarang  + bonus template SURAT KONTRAK.

Bingung untuk menerbitkan naskahmu? Ikut aja kelas paling interaktif dan komplet membahas Self Publishing tanpa pusing!  Kamu dapat menerbitkan dan menjualnya SECEPATNYA di bawah kendali Anda.