Menguak Tabir Jiwa Manusia

Judul Buku : Tabir
Pengarang : Ika Patte
Penerbit : Stiletto Indie Book
Tahun Terbit : 2021
Cetakan : Pertama
Tebal Buku : 141 halaman

Novel Tabir
Peresensi: Ikedian P.

Proses memahami jiwa manusia adalah sebuah pengalaman yang sangat menarik. Meski kita merasa sudah demikian mengenal diri sendiri, terkadang tetap masih ada ruang-ruang dan bagian yang belum bisa kita pahami dengan baik. Setidaknya itu perenungan saya selama saya menjajaki lebih dalam siapakah saya sebenarnya. Pertanyaan filosofis yang selalu bisa membangkitkan sisi reflektif dan menarik banyak pertanyaan kritis dalam diri sendiri.

Tampaknya demikian juga dengan Mera. Tokoh utama yang diceritakan dalam novel Tabir karya Mbak Ika Patte. Mera menyimpan banyak pertanyaan dalam dirinya yang sebelumnya gagal menemukan muara jawaban di waktu yang seharusnya. Namun, mendapatkan jawaban setelah mungkin semuanya terlambat.

Buat saya, ide dasar yang diusung Mbak Ika Patte dalam novelnya sungguh menyentak. Isu mental health yang sebenarnya banyak terjadi di dalam masyarakat kita namun tidak kita sadari, bahkan di lingkungan terdekat kita sendiri disampaikan dengan cara yang memikat dalam balutan kisah hidup Mera. Bukan hanya ide dasarnya saja yang menyentak, tapi cara penceritaannya yang memakai POV 1 untuk masing-masing tokoh juga cukup mengejutkan. Belum pernah saya temui penulis yang berani menggunakan sudut pandang POV 1 di banyak tokohnya, karena teknik ini cukup rentan. Jika tidak hati-hati, pembaca bisa dibuat bingung dengan banyaknya tokoh aku yang bercerita. Meski demikian, Mbak Ika Patte berhasil membuat semua tokoh mendapatkan porsi mereka masing-masing dengan pas. Tidak kurang maupun berlebih. Mera tetap menjadi tokoh utama yang diceritakan dalam keseluruhan kisah. Setiap tokoh seolah membawa keping-keping puzzle kepribadian Mera yang mereka susun kembali menjadi sosok jati diri Mera yang seutuhnya.

Salah satunya tokoh Rosma yang bercerita tentang rasa penasarannya terhadap penyebab dari keadaan Mera, kakaknya selama ini. Meski demikian, dia tetap berusaha dengan baik menjadi satu-satunya sosok yang bisa menjadi pelipur lara Mera. Ada Pak Dipo yang sangat mencintai Prapti. meski dia tahu cintanya bertepuk sebelah tangan, tapi dia tetap bersedia mengambil tanggung jawab besar untuk melindungi Prapti dan anaknya, Mera. Pergulatan batin selalu ada di hatinya, terombang-ambing antara perasaan cinta untuk Prapti, kekasih hatinya dan kebencian yang tanpa sadar disimpannya dalam-dalam pada Mera. Sungguh gambaran paradoks jiwa manusia yang cukup pelik. Selain itu, ada tokoh Prapti, ibunya Mera, Mamad, Rafie, Mbok Pon dan lainnya yang bercerita dari sudut pandang mereka masing-masing sebagai POV 1. Satu tokoh yang amat menarik perhatian saya adalah Palo. Mulanya saya pikir dia layaknya tokoh-tokoh lain yang hidup di dunia nyata Mera, tapi ternyata bukan!

Rasa penasaran saya terus dicengkeram oleh penulis hingga akhir cerita, yang sebenarnya juga masih membuat saya penasaran. Seolah kita diajak untuk ikut membuka tabir jiwa Mera satu demi satu. Apalagi suasana misterius yang dibangun dalam cerita ini sudah kental terasa sejak di awal bab. Tak luput juga, simbol-simbol yang dimunculkan oleh penulis menjadi penyedap jalannya cerita.

Di sisi lain, alur cerita yang kadang mundur, tapi tetap berjalan maju, sempat membuat saya membolak-balikkan halaman-halaman buku demi memahami alurnya secara utuh. Satu pertanyaan besar saya yang tampaknya belum terjawab dari novel ini adalah apa yang sebenarnya dialami oleh Mera hingga ia mengalami goncangan jiwa yang begitu dahsyat mengenai kebenaran jati dirinya? Saya yakin, pastilah ada pemicu lain yang mampu meninggalkan jejak-jejak trauma lebih dalam pada Mera selain soal rahasia gelang naga antaboga dan rasa diabaikan sebagai anak yang merindukan kasih sayang dari sosok seorang ayah.

Namun, secara keseluruhan, saya menyukai novel Tabir. Mbak Ika Patte menawarkan sesuatu yang berbeda dari cerita-cerita novel pada umumnya dan mampu membuat saya terus mematri kuat rasa penasaran akan kelanjutan kisah dari Mera. Kabar baiknya, Mbak Ika Patte akan segera membuat sekuel lanjutannya dalam konsep tetralogi dan saya semakin tak sabar dibuatnya. Semoga buku terbarunya bisa segera saya timang kembali. Sukses selalu untuk Mbak Ika Patte.

Klaten, 12 Agustus 2022


Ikedian P., seorang ibu rumah tangga yang suka menulis. Tinggal di Klaten, Jawa Tengah. Aktif dalam berbagai komunitas penulisan dengan karya yang telah terdokumentasi dalam belasan buku antologi dan di beberapa platform online. Jejaknya bisa diikuti di media sosial,  FB : Ikedian P., IG : @ikedian.p

Apa komentarmu?

Tenang, email-mu tidak dipublikasikan - bagian * wajib diisi

Copyright © 2024 Akademi Penulis Buku

Naskah enggak tuntas itu perkara kemampuan nulis, atau masalah manajemen waktu, atau masalah psikologis? Yuk kita bedah masalahmu itu bersama Anang YB yang sukses menulis 80+ naskah buku!

Panduan lengkap untuk makeover akun Instagram Anda dengan jurus membuat desain, caption, manajemen posting, riset hashtag, carousel, single post, bonus ebook 200 Ide Konten Instagam. Kelas Favorit!

Kelas terbaik untuk Anda yang ingin semakin profesional. Negosiasi adalah hal “berat” terutama Anda yang hanya mengandalkan skill menulis. Yuk upgrade sekarang  + bonus template SURAT KONTRAK.

Bingung untuk menerbitkan naskahmu? Ikut aja kelas paling interaktif dan komplet membahas Self Publishing tanpa pusing!  Kamu dapat menerbitkan dan menjualnya SECEPATNYA di bawah kendali Anda.