Judul : Bersemi di Mentari
Pengarang : Bidhari Andana
Penerbit : Stilleto Indie Book
Genre Buku : Fiksi – Remaja
Tahun Terbit : 2022
Cetakan : ke-1
Tebal Buku : vi + 122
Dimensi Buku : 13 x 19 cm
Harga Buku : Rp64.000,00
Peresensi Iwuk Pitriyani

Seorang gadis remaja yang tumbuh di tahun 90-an bersekolah di SMP yang cukup elit di Jakarta. Anggi, nama gadis itu. Ia bersekolah di Mentari bukan karena orang tuanya cukup kaya. Ayahnya yang merupakan pegawai di sekolah itu mendapat kesempatan untuk menyekolahkan anak-anaknya dengan potongan biaya sekolah yang cukup besar. Oleh karena itu, bersekolah di Mentari membuat Anggi tumbuh dalam lingkungan bersama remaja sebaya berlatar belakang kaya. Namun, hal itu justru tidak membuat Anggi bangga. Rasa rendah diri, cemas, ragu, dan terasing kerap menjadi temannya saat menjalani hari-hari di Mentari. Ia merasa tertekan dan berulang kali ingin pindah sekolah. Namun, ternyata hidup terus berjalan tanpa menghiraukan soal materi dan penampilan fisik. Layaknya bunga yang dapat tumbuh setelah melewati musim semi, Anggi pun bisa berprestasi dengan tetap menjadi dirinya sendiri. Anggi dapat bersemi di Mentari.
Berlatar belakang tahun 90-an cerita dalam novel remaja Bersemi di Mentari mengisahkan tentang anak gadis yang merasa minder karena latar belakang keluarganya. Gadis bernama Anggi itu merasa terasing karena sebagian besar temannya kerap menganggapnya tidak ada. Untunglah, ia memiliki sahabat yang baik bernama Melin. Meski berasal dari keluarga kaya, Melin berbeda dengan kebanyakan teman Anggi lainnya. Melin membukakan kesempatan bagi Anggi untuk mengikuti seleksi pertukaran pelajar di Royal, Australia.
Tentu saja, dalam kehidupan remaja masalah yang dihadapi tidak melulu tentang pelajaran dan kegiatan-kegiatan di sekolah. Masalah percintaan pun ada. Demikian juga dengan Anggi. Anggi pun memiliki konflik dalam dirinya tentang cinta monyet yang dialaminya. Konflik percintaan Anggi diceritakan dalam sebuah konflik batin.
Bukan hanya karena dukungan sahabatnya, dukungan keluarga yang tidak pernah putus berhasil membuat Anggi melewati hari-harinya di sekolah. Ayah, ibu, dan Kak Yogi memberinya dukungan yang mampu menjadikannya tangguh. Hubungan Anggi dengan ayah, ibu, dan Kak Yogi digambarkan sesuai dengan kondisi pada masa 90-an.
Selanjutnya, saat mengenal lebih jauh tentang teman-temannya yang selama ini ia anggap wah, Anggi mendapati kenyataan bahwa apa yang tampak baik dalam keseharian tidak selalu baik pada kenyataannya. Keistimewaan kadang hanya tampak pada permukaan. Nasihat sederhana bahwa tidak ada yang sempura menguatkan tekad Anggi untuk meraih mimpi-mimpinya. Namun, begitu juga sebaliknya. Apa yang Anggi anggap kurang menarik, ternyata menyimpan keistimewaan, seperi temannya Bobby.
Pengarang memberikan kejutan di akhir cerita tentang hasil pergumulan batin Anggi selama kelas tiga di SMP Mentari. Anggi berhasil mewujudkan impiannya dengan cara yang tidak biasa. Konflik yang disampaikan khas 90-an. Dalam urusan percintaan, Anggi pun menemukan tambatan hati pada seseorang yang pernah muncul pada bagian tengah cerita, tetapi di luar dugaan pembaca.
Kelebihan Buku
Ada banyak tujuan membaca buku. Jika kali ini tujuan Anda membaca buku adalah untuk mencari kesenangan, buku ini sangat cocok menjadi pilihan bacaan. Susunan kata dan kalimatnya yang sederhana sangat mudah dipahami. Ceritanya pun tergolong ringan dan disajikan secara mengalir. Kejadian sehari-hari di tahun 90-an yang dibalut dengan konflik sekaligus kekonyolan menjadi pemanis buku ini. Bagi Anda yang tumbuh di tahun 90-an buku ini akan terasa sangat akrab dan dapat membawa kembali kenangan pada masa itu.
Kelemahan Buku
Berlatar di tahun 90-an membuat pembaca buku generasi setalah 90-an perlu berimajinasi tentang suasana yang digambarkan dalam cerita.
Iwuk Pitriyani menggemari buku sejak kecil dan memiliki hobi membaca. Bekerja di bidang penerbitan buku membuatnya akrab dengan buku-buku. Ia memberanikan diri menulis buku-buku cerita, khususnya buku cerita anak. Pemilik akun Instagram @iwukpitri ini berharap bisa belajar lebih banyak tentang menulis buku. Ia juga berharap hasil karyanya dapat menginspirasi pembaca.