"Meronce Tabungan Naskah"
Obrolan seru-seruan. Sinau bareng, naik kelas bareng, sukses bareng.
Banyak penulis memiliki tabungan karangan. Bercecer di dalam folder-folder komputer, media sosial, bahkan tampil di banyak antologi.
Padahal, tidak sulit untuk meronce semua tulisan itu dan menerbitkannya menjadi sebuah buku karya sendiri. Buku solo alias sebuah buku dengan nama Anda di sampulnya!
Bagaimana cara mudah untuk menerbitkan tabungan karangan itu? Bagaimana proses menyatukannya agar tetap menarik meskipun dibuat dalam waktu yang berbeda-beda? Seberapa rumit dan mahal (atau murah) menerbitkan secara mandiri?
Acara ini wajib Anda ikuti. Dua pembicara yang dihadirkan oleh Akademi Penulis Buku siap untuk blak-blakan kepada Anda.
Setelah pensiun sebagai seorang pendidik, ia memilih menjadi penulis produktif. Tiga buku pribadinya: ‘Hidup itu Belajar - Belajar itu Hidup’ (Scritto Bookpublishing 2015), ‘It Must Have Been Love’ (Elexmedia 2016) dan ‘In Love with Mas Bram’ (Pohon Cahaya, 2021). Keinginannya agar semakin banyak orang menulis diwujudkan dengan mengajak menulis antologi, hingga saat ini sudah ada 12 judul dengan aneka tema.
Selain beberapa antologi cerpen, pentigraf, penagraf, dan cerpen duet, penulis serba bisa ini juga telah menulis novel anak, cerita rakyat, dan buku kesehatan. Karya lainnya adalah kumpulan flash fiction 'Cincin Mirah Delima' (2017), novela dalam format ebook 'Cinta dalam Secangkir Coklat' (2017), novel premium 'Secret Bond' (2020) di Storial, kumpulan cerpen 'Pintu Nomer Sebelas' (2021) dan 'Kota untuk Orang Patah Hati' (2021).
Sejak masih SMP, penyuka film atau cerita horor ini gemar menulis puisi dan cerpen untuk dikoleksi sendiri. Karya-karyanya tergabung dalam beberapa Buku Antologi Cerpen dan Puisi. Ketertarikan dan perhatiannya pada dunia anak-anak dan pendidikan membuat dia merasa terpanggil untuk turut berkontribusi dalam pembuatan buku "Cinta dan Asa di Lentera" yang berkisah tentang perjalanan anak-anak dengan HIV di Yayasan Lentera.