Judul: Tabir
Pengarang: Ika Patte
Penerbit: Stiletto Book
Peresensi: Natalia Erin
Cerita ini begitu apik, dikemas. Diawali dengan sebuah misteri dan mengandung seni yang membuat pembaca merinding.
Bab 1 dimulai dengan suasana yang menyeramkan. Bahkan menerbangkan khayalan pembaca pada sebuah rumah sakit. Membayangkan kondisi Mera dengan imajinasinya sendiri yang mungkin karena faktor obat bius. Karena memang belum dijelaskan apakah hal tsb. nyata atau sekedar imajinasi. Tetapi apabila diselami, bab 1 ini sepertinya Mera masih belum berimajinasi, bahkan terlihat nyata dengan gambaran seorang anak kecil. Pembaca dibuat bingung, mereka pasti butuh penjelasan dari awal membaca. Sangat menarik.
Pada bab 2, diceritakan setelah Mera sudah pulang dari rumah sakit. POV yang ada di sini adalah si tokoh utama yang bercerita. Di bab ini terlihat nyata. Tentunya belum membuat pembaca tertarik. Seperti kisah cinta biasa. Namun, pasti ada sebuah pertanyaan dalam benak pembaca. Sakit apakah Mera atau tokoh utama dalam novel ini.
Tetapi apabila pembaca meneruskan kisah dalam novel ini. Akan ditemukan hal yang menarik yang ada di dalamnya. Cerita terus bergerak, dan semakin dalam pembaca mendalami cerita. Mereka pun dapat menerka, bahwa cerita ini, memang bukan sekedar sebuah kisah yang menyeramkan. Namun, ada faktor psikologi di sana. Dan cenderung banyak juga terjadi dalam kehidupan nyata. Selain itu dengan adanya POV, tentunya membuat pembaca awalnya agak sulit untuk memahami namun, dengan mengikuti pergerakan cerita. POV ini justru memudahkan pembaca untuk memahami masing-masing tokoh yang ada di sana.
Tema dalam cerita ini semakin tergambar dengan jelas, apabila pembaca terus tenggelam dalam kisah Mera ini. Sebuah kisah yang menarik seperti yang tergambar dalam cerita di film-film.
Luka bathin yang tersimpan, ternyata belum usai buat Mera, bahkan semakin membuat Mera terjebak dan jatuh dalam ilusinya sendiri. dari setiap kejadian yang dia alami sejak kecil hingga menikah dan masih disakiti. Hal tsb. bisa berdampak oleh setiap manusia yang mengalaminya di kemudian hari.
Biasanya dalam dunia nyata akan dikaitkan dengan iman dan kepercayaan. Bahwa hanya dengan Tuhan yang dapat menyembuhkan. Tentunya trauma dan luka bathin bukanlah sesuatu yang mudah sembuh. Walau ditangani oleh seorang psikiater. Bahkan dukungan keluarga pun terkadang menghabiskan banyak pikiran dan energi.
Oleh karena itu kisah Mera seperti dibuat belum usai hingga akhir buku itu dibaca. Karena baru tercipta penyesalan dari suami Mera yang sudah bertubi-tubi menyakiti Mera. Setelah dia tahu kisah Mera di masa lalu. Sementara Mera masih dalam kondisi serupa.
Kisah ini pasti membuat pembaca penasaran. Akankah Mera pulih?
Kalimat yang dibuat Kak Ika, sangat indah dan mampu membuat pembaca paham dalam gambaran di setiap kejadian dan pergerakan para tokoh. Bahkan pikiran yang ada di benak setiap tokoh.
Natalia Erin, bertempat tinggal di Jakarta Timur. Saat ini bekerja sebagai karyawan bank dan ibu rumah tangga. Hobi sejak kecil, membaca, menonton film dan saat ini bertambah dengan menulis. Karyanya di awali dengan menulis novel Goresan Pena Sheila, Elegi Capucino dan kumpulan cerpen berjudul Goresan Merah Jambu. Pernah menulis online di sebuah Platfom Novelme, dengan judul Valerie. Juga di platform Wattpad berjudul, Separuh Senja. Belum lama ini sudah terbit kumpulan puisi berjudul Ceritaku Bersama-Mu. Dan sedang dalam proses produksi di sebuah penerbit Indie, novel berjudul Dua Episode.
