Transformasi Diri Alita

Judul : Alita Jalan Panjang Kesendirian
Pengarang : Atika Hdy
Editor : N. Eka Pratiwi
Penerbit : Stiletto Indie Book, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2022
Jumlah Halaman : 249 halaman.

Alita Novel
Peresensi: Fithriyah (IG: @fykar.books)

Status janda selalu memiliki konotasi miring di mata masyarakat. Apalagi jika  status janda tersebut disebabkan oleh perceraian, bukan karena wafatnya sang suami. Tak peduli apa penyebabnya, status janda memiliki beban moral yang lebih tinggi bagi penyandangnya, dibandingkan status duda. Padahal kasus cerai gugat oleh sang istri banyak yang disebabkan oleh kesalahan suami. Contohnya pada kasus perselingkuhan, KDRT, atau poligami. Hal terakhir inilah yang diangkat oleh Atika Hdy dalam bukunya.

Buku ini berkisah tentang seorang perempuan muda asal Bengkulu, yang bernama Alita. Perempuan berkacamata, berambut panjang, dan menyeruput kopi yang menghiasi sampul buku tersebut memberikan gambaran bagi saya tentang sosok Alita. Sampul novel ini senada dengan buku kumpulan cerpennya, perempuan berkacamata yang minum kopi. Sepertinya ini menunjukkan kecintaan sang penulis terhadap minuman hitam nan nikmat itu.

Alita adalah gadis yang menikah dalam usia muda, lalu bercerai tiga bulan setelahnya. Cerai gugat yang diajukannya dilatarbelakangi oleh niat poligami dari suaminya. Poligami yang ternyata dilandasi oleh motif material semata, tak seperti yang diperbolehkan agama. Setelah mendengar keinginan poligami suaminya, Alita langsung kembali ke rumahnya di Bengkulu, bersama ibu dan adiknya. Mereka tinggal di rumah peninggalan almarhum ayahnya, pensiunan bankir yang kaya dan terpandang. Begitu resmi bercerai, reaksi masyarakat terhadap status jandanya ini menyebabkannya depresi, bahkan nyaris bunuh diri. Kekalutannya tecermin di hlm. 196: Aku tidak pernah mau jadi janda. Siapa yang mau jadi janda?

Berkat saran ibu dan adiknya, Alita kemudian bekerja sebagai PNS, untuk mengalihkan diri dari kesedihannya. Pekerjaan itu mempertemukannya pada sosok Doni (teman sekolahnya dulu) dan Rama (rekanan kerja dari Jakarta). Perjalanan cinta dan transformasi hidup Alita inilah yang kemudian diceritakan secara runut dan detail dalam novel perdana Atika Hdy.

Penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga, sehingga ekspresi dan pemikiran seluruh tokoh ini diketahui pembaca. Detail bahasa daerah dan latar budaya Bengkulu dituliskan secara apik, sehingga saya merasa sedang berada di sana. Namun, ada dua hal yang kurang tergali dalam novel ini. Misalnya alasan Pak Wo (selaku wali Alita) dan ibunya untuk menikahkan Alita pada usia yang sangat muda, tanpa terlebih dulu meneliti latar belakangnya. Padahal Alita berasal dari keluarga yang berada dan berpendidikan. Hal ini hanya sedikit disinggung dalam penyesalan ibunya (Bu Aryati). Sepertinya lebih menarik untuk dituliskan, sebagai renungan pembaca untuk tidak terburu-buru menikahkan anak perempuannya. Apalagi berdasarkan cinta putrinya dan penampilan si pelamar belaka.

Hal kedua adalah proses transformasi diri Alita yang disampaikan secara singkat. Porsi terbesar novel ini adalah pada balada cinta Alita setelah perceraian. Kisah terkesan melompat dan bergerak sangat cepat pada metamorfosis sang Alita. Mungkin ini dimaksudkan penulis sebagai plot twist, sehingga penyelesaian kisah, termasuk dengan Rama dan Doni pun terkesan sangat kebetulan.

Terlepas dari itu, novel ini menurut saya sangat baik dalam memberikan wacana yang berbeda, terutama sikap perempuan dalam menghadapi poligami dan menentukan jalan hidupnya. Poligami memang dihalalkan, tetapi dengan mengikuti persyaratan tertentu. Jadi bukanlah sebuah kewajiban untuk diterima oleh semua perempuan, apalagi jika alasannya tidak sesuai syariat. Begitu pula dengan hak perempuan untuk menentukan jalan hidupnya. Selamat bagi penulis, yang dapat menuliskan isu sensitif ini dengan cara yang santun, tapi sangat mengena.


Fithriyah suka menulis, membaca, piknik, wisata kuliner, dan menonton film. Karya tulisnya meliputi 7 buku dan kontributor dalam 25 antologi. Untuk bersilaturahmi, ia dapat dikontak melalui:  Surel              : fykarbooks@gmail.com

Facebook     : @Fykar Books

Instagram     : @fykar.books

Apa komentarmu?

Tenang, email-mu tidak dipublikasikan - bagian * wajib diisi